Kamis, 09 Juni 2011

Bagaimanakah Menentukan Kelayakan sustu proyek system informasi ?

Studi Kelayakan pada saat Perencanaan Proyek
Untuk membahas studi kelayakan pada saat perencanaan proyek, sebelumnya kita juga harus mengetahui hal-hal mengenai siklus hidup sistemhttp://i.ixnp.com/images/v6.59/t.gif. Siklus hidup sistem (system life cycle – SLC) adalah proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer. SLC sering disebut dengan pendekatan air terjun (waterfall approach) bagi pengembangan dan penggunaan sistem. Dilakukan dengan strategi Top-Down Design.
Tahapan dari siklus hidup sistem yaitu :
1.      Tahap Perencanaan
2.      Tahap Analisis
3.      Tahap Rancangan
4.      Tahap Penerapan
5.      Tahap Penggunaan
Empat tahap pertama dinamakan dengan siklus hidup pengembangan sistem (system development life cycle – SDLC). Tahap kelima adalah tahap penggunaannya, yang berlangsung sampai sudah waktunya untuk merancang sistem itu kembali. Proses merancang kembali mengakibatkansiklus itu akan diulangi lagi.
Dari tahap-tahap diatas, pada tahap pertama yaitu tahap perencanaan ada langkah-langkah yang harus dilakukan yang salah satunya adalah studi kelayakan. Studi kelayakan proyek dilakukan di tahap awal untuk menentukan apakah sebuah proyek baik untuk diteruskan atau tidak. Dengan menilai batasan-batasan pada sistem yang diusulkan, pihak manajemen dapat mengevaluasi kelayakan proyek.
Masing-masing aspek tersebut yaitu:
1.      Kelayakan Teknis (technical feasibility) berkaitan dengan apakah sistem tersebut dapat dikembangkan dengan teknologi yang ada saat ini atau apakah diperlukan teknologi baru.
2.      Kelayakan Ekonomi (economic feasibility) berkaitan dengan ketersediaan dana untuk menyelesaikan proyek.
3.      Kelayakan Hukum (legal feasibility) mengidentifikasikan setiap konflik antara proposal yang diusulkan dan kemampuan perusahaan untuk bebas dari tanggung jawab hukumnya
4.      Kelayakan Operasional (operational feasibility) menunjukkan tingkat kecocokan antara prosedur-prosedur perusahaan yang ada saat ini serta keahlian personel dan persyaratan operasional dari sistem yang baru.
5.      Kelayakan Jadwal (schedule feasibility) berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk mengimplementasikan proyek dalam kerangka waktu yang dapat diterima. Faktor-faktor kelayakan ini mempengaruhi ruang lingkup proyek, dan apakah itu akan dikembangkan didalam perusahaan atau dibeli dari pemasok peranti lunak.
Aspek-aspek Studi kelayakan tersebut harus dilakukan secara terperinci.
Pada Kelayakan Teknis, dalam mengevaluasinya, teknologi yang sudah mapan dan dipahami memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan teknologi yang belum dikenal sama sekali. Pada Kelayakan Ekonomi, dibatasi menilai komitmen keuangan manajemen terhadap keseluruhan proyek. Pada Kelayakan Hukum, dalam sistem pemrosesan transaksi keuangan, legalitas sistem selalu menjadi masalah. Namun demikian, legalitas juga merupakan isu bagi sistem non keuangan yang memproses data-data. Pada Kelayakan Operational, sistem yang terlatih dengan baik, memiliki motivasi dan berpengalaman merupakan masalah penting dalam mengevaluasi kelayakan operasional suatu desain. Dan Pada Kelayakan Jadwal, proses desain penilaian sistem berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengukur kemungkinan bahwa sistem akan diselesaikan sesuai dengan jadwal.
Melihat dari aspek-aspek diatas, Intinya studi kelayakan itu penting dan harus ada dalam perencanaan suatu proyek agar kita dapat mengetahui apakah proyek tersebut baik diteruskan atau tidak.Mengapa harus dalam tahap perencanaan? Jawabannya karena proyek tersebut belum terlalu jauh prosesnya (masih dalam tahap rencana). Artinya jika didapat hasil yang tidak bagus pada studi kelayakan, maka kita bisa memperbaiki proyek tersebut dengan meminimalkan kerugian yang ada. Jika tidak ada studi kelayakan sebelumnya, maka kerugian yang mungkin terjadi akan lebih besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar